Operasional: Senin - Sabtu | 09:00 - 18:00 WIB

Operasional: Senin - Jumat | 09:00 - 20:00 WIB - Sabtu | 09:00 - 16:00 WIB

Atur jadwal kedatangan terlebih dahulu

Keratoconus: Pengertian, Penyebab, dan Cara Pengobatan

Keratoconus

Kertanocus merupakan salah satu permasalahan mata yang cukup berbahaya karena permasalahan ini tidak seringan penyakit mata lain seperti mata panda. Penyakit ini dapat menyerang penglihatan. Lalu apa itu pengertian Kertanocus dan apakah bisa membuat penderitanya mengalami kebutaan yuk simak selengkapnya!

Pengertian Keratoconus

Keratoconus

Keratoconus adalah sebuah penyakit mata yang bersifat progresif yang mempengaruhi kornea, yaitu lapisan jernih yang melapisi bagian depan mata. Pada kondisi normal, kornea memiliki bentuk bulat yang membantu fokus cahaya ke dalam mata sehingga kita bisa melihat dengan jelas. Namun pada penderita penyakit ini, kornea mengalami perubahan bentuk menjadi lebih tipis dan melengkung ke luar dalam bentuk seperti kerucut.

Hampir sama dengan Katarak penyakit ini juga dapat mempengaruhi satu atau kedua mata. Penyebab pasti Penyakit ini belum sepenuhnya dipahami, tetapi faktor genetik dan lingkungan mungkin berperan dalam perkembangannya. Pada tahap awal, penglihatan kabur atau tidak nyaman mungkin bisa diatasi dengan kacamata atau lensa kontak, tetapi pada tahap yang lebih lanjut, terapi lain seperti cross-linking kornea atau bahkan operasi penggantian kornea mungkin diperlukan.

Penyebab Keratoconus

Keratoconus

Penyebab pasti keratoconus masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi terdapat beberapa faktor yang diduga berperan dalam perkembangannya, antara lain:

1. Faktor Genetik

Ada bukti bahwa penyakit ini memiliki komponen genetik yang kuat. Penderita keratoconus lebih mungkin memiliki riwayat keluarga dengan kondisi serupa.

2. Peradangan Kornea

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa peradangan atau iritasi pada kornea bisa menjadi faktor yang memicu perkembangan penyakit ini. Misalnya, alergi mata yang sering mengakibatkan gosong atau pengosongan mata bisa memainkan peran.

3. Faktor Lingkungan

Beberapa faktor lingkungan juga dapat berkontribusi, termasuk gesekan kronis pada mata yang disebabkan oleh penggunaan kontak lensa yang tidak sesuai atau kebiasaan menggosok mata secara berlebihan.

4. Ketidakseimbangan Enzim Kolagen

Kolagen adalah protein yang memberi kekuatan dan kepadatan pada kornea. Ketidakseimbangan dalam enzim yang mengatur produksi dan pemecahan kolagen dapat menyebabkan kornea menjadi lebih lemah dan lentur, memungkinkan penyakit ini berkembang.

5. Faktor Hormonal

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perubahan hormonal, seperti yang terjadi selama masa pubertas atau kehamilan, mungkin mempengaruhi perkembangan penyakit ini.

Meskipun beberapa faktor risiko telah diidentifikasi, peran masing-masing faktor ini masih belum sepenuhnya dipahami, dan penyakit sering kali merupakan hasil interaksi antara faktor genetik, lingkungan, dan hormonal.

Baca Juga: Blefarospasme Alasan Dibalik Mata Kedutan, Benarkah?

Gejala Keratoconus

Keratoconus

Gejala keratoconus dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya, tetapi beberapa gejala umum yang sering terjadi meliputi:

1. Penglihatan Kabur atau Buram

Penglihatan yang tidak jelas atau kabur seperti terkena Miopi adalah gejala yang sering kali muncul pada tahap awal penyakit Ini. Penglihatan mungkin menjadi semakin buram seiring waktu.

2. Sensitivitas terhadap Cahaya

Penderita penyakit ini sering merasa lebih sensitif terhadap cahaya terang, terutama saat berada di bawah sinar matahari langsung atau dalam pencahayaan yang terang.

3. Penglihatan Ganda atau Silau

Ketika kornea mengalami perubahan bentuk menjadi kerucut, ini bisa menyebabkan distorsi penglihatan, termasuk penglihatan ganda (diplopia) atau kilauan sekitar objek.

4. Penurunan Tajam Penglihatan

Penglihatan yang semakin buruk dan sulit untuk diperbaiki dengan kacamata biasa adalah gejala lain dari keratoconus. Penderita mungkin sering merasa perlu untuk sering mengganti kacamata atau lensa kontak mereka karena perubahan yang cepat dalam penglihatan.

5. Perubahan Refraksi

Pada tahap awal penyakit ini, penderita sering mengalami perubahan yang cepat dalam refraksi mata, yang berarti mereka mungkin memerlukan resep kacamata baru dengan frekuensi yang lebih sering.

6. Iritasi atau Kemerahan pada Mata

Kornea yang melengkung dapat menyebabkan iritasi atau kemerahan pada mata, terutama jika kontak lensa dipakai untuk waktu yang lama.

Jika Anda mengalami gejala-gejala ini, sangat penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter mata untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan rencana perawatan yang sesuai. Semakin cepat keratoconus didiagnosis, semakin baik kemungkinan untuk mengelola dan mengatasi kondisi tersebut.

Benarkah keratoconus dapat mengakibatkan kebutaan?

Penyakit ini jarang menyebabkan kebutaan total, tetapi dapat menyebabkan penurunan tajam penglihatan yang signifikan jika tidak diobati. Dalam kasus yang parah, penyakit ini dapat mengganggu penglihatan hingga tingkat yang signifikan, meskipun masih jarang menyebabkan kebutaan total.

Namun, perlu diingat bahwa jika penyakit ini tidak didiagnosis dan diobati dengan tepat, maka kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi serius yang mengancam penglihatan. Oleh karena itu, sangat penting bagi individu yang mengalami gejala keratoconus untuk segera mencari bantuan medis dan mendapatkan perawatan yang tepat. Dengan diagnosis yang tepat dan pengelolaan yang baik, banyak orang dengan keratoconus dapat menjaga penglihatan mereka dan menghindari komplikasi serius.

Cara Pengobatan Keratoconus

Keratoconus

Pengobatan keratoconus dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan kondisi, gejala yang dialami, dan respons individu terhadap perawatan. Berikut adalah beberapa metode pengobatan yang umum digunakan untuk mengelola keratoconus:

1. Kacamata atau Lensa Kontak

Pada tahap awal keratoconus, penglihatan kabur sering dapat diperbaiki dengan kacamata atau lensa kontak khusus yang dirancang untuk mengkompensasi perubahan bentuk kornea. Dokter mata mungkin merekomendasikan lensa kontak khusus seperti lensa kontak keras gas permeable (RGP) atau lensa kontak piggyback untuk membantu memperbaiki penglihatan.

2. Cross-linking Kornea

Ini adalah prosedur non-invasif yang bertujuan untuk menguatkan jaringan kornea dengan menguatkan ikatan kimia antara serat kolagen di kornea. Prosedur ini dapat membantu menghentikan atau memperlambat kemajuan keratoconus. Biasanya, setelah prosedur cross-linking, dokter mata akan merekomendasikan penggunaan lensa kontak khusus untuk mengoptimalkan penglihatan.

3. Intacs

Ini adalah cincin yang ditanamkan di dalam kornea untuk meratakan permukaan kornea dan memperbaiki distorsi penglihatan yang disebabkan oleh keratoconus. Prosedur ini dapat membantu meningkatkan kualitas penglihatan dan kenyamanan bagi beberapa pasien.

4. Transplantasi Kornea (Penetrating Keratoplasty atau Transplantasi Lapisan Kornea)

Pada kasus-kasus yang parah di mana keratoconus telah menyebabkan jaringan parut atau tidak dapat diatasi dengan metode non-invasif lainnya, transplantasi kornea mungkin menjadi pilihan. Dalam prosedur ini, sebagian atau seluruh kornea yang terkena keratoconus diganti dengan kornea donor.

5. Laser-assisted In Situ Keratomileusis (LASIK) atau Prosedur Bedah Refraktif Lainnya

Pada beberapa kasus keratoconus yang lebih stabil, prosedur bedah refraktif seperti LASIK mungkin dapat dipertimbangkan untuk memperbaiki penglihatan. Namun, LASIK tidak selalu dianjurkan untuk penderita keratoconus, dan keputusan untuk menjalani prosedur ini harus dibuat setelah diskusi mendalam dengan dokter mata.

Setiap metode pengobatan memiliki kelebihan dan risiko tertentu, dan penting untuk berkonsultasi dengan dokter mata untuk menentukan pilihan terbaik berdasarkan kondisi dan kebutuhan individu. Jika anda mengalami permasalahan diatas anda bisa langsung datang ke national Eye Center yaitu tempat lasik kredibel di surabaya disana anda akan mendapatkan banyak informasi penting terkait kesehatan mata mulai dari terapi mata minus pada anak dll. Yuk Buruan datang sekarang juga

Saksikan Pula Vidio Kesehatan Mata Lainnya