Operasional: Senin - Sabtu | 09:00 - 18:00 WIB

Operasional: Senin - Jumat | 09:00 - 20:00 WIB - Sabtu | 09:00 - 16:00 WIB

Atur jadwal kedatangan terlebih dahulu

10 Hal Penting tentang Kacamata Minus, Antara Mitos dan Fakta

Kamu pengguna kacamata minus? Yuk ketahui 10 hal penting tentang kacamata minus. Lima di antaranya adalah mitos dan lima di antaranya adalah fakta.

kacamata minus

Sebagai pengguna kacamata, 10 hal ini penting bukan sekadar menambah wawasan, tetapi juga meluruskan informasi yang keliru. Lebih dari itu, mungkin juga akan mempengaruhi keputusan kamu ke depan. Keputusan apa? Ya, keputusan untuk memilih bebas dari kacamata selamanya.

Nah, langsung saja ini 10 poin pentingnya. Mulai dari lima mitos kemudian dilanjutkan dengan lima fakta.

Mitos 1: Keseringan pakai kacamata bikin minus bertambah

Ada anggapan yang berkembang di masyarakat bahwa terlalu sering memakai kacamata akan membuat minus bertambah besar. Tentu saja ini anggapan yang keliru. Kacamata yang tepat justru akan membuat penglihatan menjadi normal saat memakainya.

Dengan penglihatan seperti itu, akomodasi mata menjadi tidak seberat tanpa kacamata yang cenderung memaksa. Alhasil, kacamata yang tepat bisa “menghambat” agar mata minus tidak bertambah.

Mitos 2: Sering lepas kacamata bikin semakin minus

Sebagai pengguna kacamata, kamu pasti tahu bahwa tidak mungkin selamanya memakai kacamata. Maksudnya, saat mandi atau wudhu, saat shalat, dan sebagainya, Anda pasti melepas kacamata. Demikian pula saat penat. Bagaimana pun, memakai kacamata itu lelah juga. Daun telinga dan hidung terasa menahan beban beratnya kan? Selain itu juga terasa ada penghalang antara mata dan dunia.

Nah, jika selama ini ada anggapan sering melepas kacamata membuat minus semakin bertambah, itu hanyalah mitos. Mengapa? Sebab pertambahan minus mata adalah karena faktor keturunan dan lingkungan.

Pertambahan yang lumayan besar biasanya terjadi pada masa pertumbuhan karena pada saat itu bola mata belum stabil. Jadi, jika matamu lelah dan ingin melepas kacamata sejenak, lepas saja tanpa mengkhawatirkan mitos ini.

Mitos 3: Mencoba kacamata tertular minus

Pernahkah kamu mendapat nasihat dari orang tua untuk tidak mencoba kacamata minus? “Awas, nanti bisa ketularan minus,” demikian biasanya.

Rabun jauh (miopia) alias mata minus tidaklah menular. Miopia terjadi karena kelengkungan kornea yang membuat bayangan jatuh di depan retina. Ini bukan penyakit yang bisa menular seperti konjungtivitis.

Mitos 4: Memakai kacamata bisa menyembuhkan minus

Mitos lain yang bertolak belakang dengan mitos pertama adalah anggapan bahwa memakai kacamata bisa menyembuhkan minus. Tidak. Kacamata hanya mengoreksi mata minus saat pengguna memakainya. Ketika kacamatanya dilepas, matanya tetap minus. Rabun jauh (miopia) yang ia alami tidak bisa sembuh.

Mitos 5: Kacamata bisa menurunkan mata minus

Mitos ini mirip dengan mitos sebelumnya. Bedanya, ia lebih ringan. Dan memang ada, tidak sedikit, orang beranggapan bahwa kacamata bisa menurunkan mata minus. Misalnya semula minus -4.00 dioptri, setelah pakai kacamata minusnya turun menjadi -3.00 dioptri. Ini hanya mitos.

Fakta 1: Kacamata minus untuk mengoreksi miopia

Nah, ini dia faktanya. untuk mengoreksi miopia, kacamata yang digunakan adalah kacamata concave (lensa cekung).

Kacamata concave lens atau lensa cekung ini akan membuat sinyal pada pasien miopia fokus lagi di retina. Masyarakat sering juga menyebutnya kacamata minus. Jadi fungsinya adalah mengoreksi kelainan refraksi.

Fakta 2: Pengguna kacamata minus makin banyak

Hingga saat ini kamu memakai kacamata minus? Tenang, teman kamu jumlahnya sangat banyak. Sebab orang yang mengalami miopia di era internet ini semakin banyak.

Direktur National lasik Center (NLC), dr. Diaz Alamsyah Sudiro, SpM, menjelaskan bahwa miopi merupakan kasus tertinggi di antara kelainan refraksi lainnya.

“Menurut data WHO pada 2015, distribusi penyebab kebutaan yang utama adalah katarak. Tetapi justru kelainan refraksi menempati gangguan penglihatan utama. Di mana miopia merupakan kasus yang tertinggi di antara kelainan refraksi lainnya,” terangnya. “Kasus miopia ini akan bertambah di kemudian hari seiring dengan kemajuan teknologi digital.”

Sebelum pandemi, WHO memprediksikan 40 persen dari populasi dunia yaitu sekitar 3,3 miliar orang akan menderita miopia pada 2030. Dengan adanya pandemi dan meningkatnya penggunaan gadget, angka itu bisa lebih tinggi.

Fakta 3: Kacamata solusi mata minus paling terjangkau

Kacamata merupakan solusi untuk mengoreksi miopia paling terjangkau. Untuk diketahui, miopia dan kelainan refraksi lainnya –rabu dekat (hipermetropi) dan silinder (astigmatisme)- tidak bisa disembuhkan dengan herbal maupun obat-obatan. Maka menyembuhkan mata minus dengan wortel juga termasuk mitos.

Kelainan refraksi hanya bisa dikoreksi dengan kacamata, lensa kontak, dan operasi laser mata atau bedah refraktif yang dalam istilah medis disebut Laser Vision Correction (LVC). Masyarakat juga menyebutnya dengan istilah Lasik.

Fakta 4: Kacamata solusi mata minus mudah didapat

Dibandingkan dengan lensa kontak dan Lasik, tentu kacamata paling mudah didapat. Kamu hanya perlu ke optik. Jika sudah ada resep dari dokter mata atau Refractionist Optician (Optometrist), kacamata minus bisa langsung jadi hari itu juga. Ini berbeda dengan lensa kontak yang perlu beberapa hari. Berbeda pula dengan operasi Lasik yang harus didahului dengan Pre-Lasik.

Fakta 5: Lasik untuk bebas dari kacamata

Banyak fakta kemudahan dan keterjangkauan kacamata. Penggunanya juga paling banyak di dunia. Namun demikian, tidak sedikit keluhan pemakai kacamata minus. Mulai dari mata lelah, terasa berat, mengganggu penampilan sehingga menurunkan kepercayaan diri, sampai betapa repotnya ketika kacamata tertinggal atau frame-nya patah di saat paling penting untuk digunakan.

Pernah mengalaminya? Percayalah, bukan kamu seorang. Banyak yang mengalaminya. Karenanya mereka sangat terbantu ketika saat ini telah tersedia operasi Lasik.

Seperti keterangan di atas, sebenarnya istilah medisnya adalah Laser Vision Correction (LVC). Lasik (Laser Assisted In-Situ Keratomielusis) merupakan salah satu metodenya. Selain Lasik, ada pula PRK (Photorefractive Keratectomy) dan Relex Smile (Refractive Lenticule Extraction – Small Incision Lenticule Extraction).

Baca juga: Perbedaan Relex Smile, Lasik, dan PRK

Nah, Lasik atau operasi laser ini akan mengoreksi kelainan refraksi secara permanen sehingga kamu terbebas dari kacamata. Ucapkan selamat tinggal pada kacamata. #HappyLasik #TrulyLasik