Operasional: Senin - Sabtu | 09:00 - 18:00 WIB

Operasional: Senin - Jumat | 09:00 - 20:00 WIB - Sabtu | 09:00 - 16:00 WIB

Atur jadwal kedatangan terlebih dahulu

Glaukoma – Penyebab, Gejala, dan Cara Mengobati

Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua setelah katarak, baik di Indonesia maupun di dunia. Apa itu glaukoma, apa saja penyebab dan gejala, serta bagaimana mengobatinya? Yuk simak penjelasannya melalui artikel berikut ini!

Apa Itu Glaukoma?

Dulu glaukoma disebut sebagai penyakit dengan tekanan bola mata yang tinggi. Saat ini, definisi glaukoma adalah sekumpulan penyakit dengan karakteristik neuropati optik berasosiasi dengan remodelling dari optic nerve head yang berhubungan dengan pola gangguan fungsi visual tertentu dengan TIO sebagai faktor risiko utama.

Rentang tekanan intraokular (TIO) normal adalah 10—21 mmHg. Bila di atas 21 mmHg, berarti tekanan intraokularnya meningkat. Jika disertai kelainan saraf optik serta defek luas lapang pandangan, inilah yang dimaksud glaukoma.

Sekitar 6,7 juta orang buta akibat sindrom ini. Sifat kebutaannya permanen yang berarti tidak dapat pulih kembali. Sekitar 19 persen penderita sindrom ini mengalami kebutaan bilateral dan 45 persen mengalami kebutaan unilateral.

Glaukoma dapat bersifat primer atau sekunder, dapat juga diklasifikasikan menjadi sudut terbuka dan sudut tertutup. Glaukoma primer apabila penyebabnya tidak diketahui, mengenai kedua mata, disertai pengaruh faktor genetik. Sementara itu, glaukoma sekunder apabila penyebabnya diketahui dan umumnya mata yang terkena hanya satu (monokular).

Glaukoma primer baik sudut terbuka maupun tertutup bersifat kronis progresif. Ia ditandai dengan hilangnya ganglion sel retina dan atrofi serabut saraf retina lalu mengakibatkan defek lapang pandangan yang meluas sedikit demi sedikit tanpa disadari.

Klasifikasi Glaukoma

Glaukoma diklasifikasikan menjadi empat, yakni:

  • Sudut terbuka primer
  • Sudut terbuka sekunder
  • Sudut tertutup primer
  • Sudut tertutup sekunder

Seperti keterangan di atas, yang paling berbahaya adalah sudut terbuka primer dan sudut tertutup primer.

Glaukoma Sudut Terbuka Primer

Glaukoma sudut terbuka primer juga terkenal dengan sebutan “pencuri penglihatan.” Ia adalah glaukoma yang disertai peningkatan TIO di atas 21 mmHg dengan sudut mata depan yang terbuka.

Ada beberapa faktor risiko glaukoma sudut terbuka primer:

  1. TIO. TIO di atas 21 mmHg merupakan faktor risiko utama penyakit ini.
  2. Usia. Semakin tinggi usia, semakin besar faktor risiko menjadi glaukoma. Umumnya ia terjadi di atas usia 40 tahun.
  3. Miopia atau rabun jauh. Ia juga faktor risiko yang harus menjadi perhatian. Jika ada pasien yang mengalami miopi, perlu diperiksa terkait risiko glaukoma ini.
  4. Riwayat keluarga. Sebab penyakit ini erat dengan faktor genetik. Apakah ada ayah, ibu, dan saudara yang sebelumnya terkena penyakit ini.
  5. Kulit gelap. Maksudnya adalah ras Afrika. Jika ia orang Eropa, risikonya 4x lebih tinggi dibandingkan yang berkulit putih.
  6. Ketebalan kornea. Semakin tipis kornea, semakin besar risikonya.
  7. Tekanan perfusi. Ia juga merupakan faktor risiko penyakit ini.

Gejala Klinis Glaukoma Sudut Terbuka Primer

Gejala glaukoma sudut terbuka primer umumnya tidak terasa sehingga pasien juga tidak ada keluhan. Namun ada beberapa gejala klinis sebagai berikut:

  • TIO > 21 mmHg. Gejala ini umumnya tidak terasa dan baru diketahui setelah pemeriksaan (check up) mata. Oleh karena itu, untuk pasien miopia perlu pemeriksaan tekanan intraokular.
  • Kornea jernih. Tampak seperti mata normal.
  • Sudut bilik mata depan dalam.
  • Gonioskopi sudut terbuka.
  • Defek lapang pandang.
  • Glaucomatus  Optic Neuropathy.

Diagnosa Glaukoma Sudut Terbuka Primer

Penegakan diagnosa glaukoma sudut terbuka primer menggunakan beberapa metode:

1. Metode Iluminasi

Yakni dengan menggunakan senter (flashlight) untuk mengetahui eclipse sign. Apakah sudutnya terbuka dalam atau dangkal.

2. Van Herick

Diagnosa ini harus memakai slit lamp. Arahkan sinar slit lamp ke limbus, maka akan ada reflek cahaya dari kornea dan iris. Jika ada ruang melebihi ketebalan kornea, berarti bilik mata depan (BMD) dalam, sedangkan apabila ruangnya kecil, berarti bilik mata depan (BMD) sempit.

3. Gonioskopi

Melalui alat ini, dokter mata akan melihat struktur sudut. Jika grade 0, berarti sudut tertutup. Jika grade 4, berarti sudut terbuka.

4. Glaucomatus Optic Neuropathy

Tanda glaucomatus optic neuropathy sangat banyak. Berikut ini tanda-tanda yang bersumber dari American Academy of Opthalmology:

glautacomatous optim neuropathy - diagnosa glaukoma

Cara Mengobati Glaukoma

Yang paling utama adalah menurunkan tekanan TIO dengan target >= 20%. Pengobatan glaukoma apa pun melalui tiga tahap, yaitu:

1. Medikamentosa

Yakni obat-obatan. Yang paling sering adalah Betha Blocker atau Prostaglandin Analog.

2. Laser Trabekuloplasti

Jika obat-obatan tidak bisa, maka pilihan berikutnya adalah laser trabekuloplasti.

3. Operasi Trabekulektomi

Jika laser tidak bisa mengatasi glaukoma, pilihan berikutnya dalah operasi trabekulektomi.

Prinsip terapi glaukoma adalah start low go slow, yakni dengan terapi tunggal. Jika tidak bisa, baru mengganti dengan first line lainnya. Seandainya tetap tidak turun, baru melakukan terapi kombinasi.

Kapan Tindakan Operasi untuk Glaukoma?

Tindakan operasi untuk glaukoma baru diambil apabila:

  • TIO tidak mencapai target dengan pengobatan maksimal.
  • Glaukoma semakin progresif.
  • Sudah lebih dari 3 obat saat terapi.
  • Compliance buruk, yakni kepatuhan saat menghadapi glaukoma. Umumnya kegagalan pengobatan glaukoma karena compliance yang buruk.

Demikianlah penjelasan tentang glaukoma. Nah, apabila mengalami gejala tersebut, Anda harus segera menghubungi dokter agar segera ditangani. 

Glaukoma tidak hanya menyerang orang tua, tetapi juga bisa menyerang bayi dan anak-anak. Glaukoma jenis ini disebut dengan glaukoma kongenital. Yuk baca penjelasan lebih lengkapnya melalui artikel Glaukoma Kongenital – Penyebab, Gejala, Cara Mengobati.

Referensi:
American Academy of Ophtalmology. Clinical Optics; 2017-2018 Basic and Clinical Science Course. San Fransisco: American Academy of Ophtalmology; 2018
Universitas Indonesia Faculty of Medicine. Buku Ajar Oftalmologi. Jakarta: UI Publishing; 2020
Dr. dr. Evelyn Komaratih, SpM(K). 2021. Glaukoma: Penyebab, Gejala & Tatalaksana. Dalam Eye Knowledge – Things That Must be Mastered to Make Your Patient Happy, Surabaya, 17 April.