Anda melihat objek yang jauh tampak kabur tetapi objek yang dekat tidak masalah? Besar kemungkinan Anda mengalami miopi atau rabun jauh. Apa saja gejala, penyebab dan cara mengobati miopi?
Dr Diaz Alamsyah Sudiro, SpM menjelaskan, miopi merupakan kasus tertinggi di antara kelainan refraksi lainnya. “Menurut data WHO pada 2015, distribusi penyebab kebutaan yang utama adalah katarak. Tetapi justru kelainan refraksi menempati gangguan penglihatan utama. Di mana miopia merupakan kasus yang tertinggi di antara kelainan refraksi lainnya,” terangnya. “Kasus miopia ini akan bertambah di kemudian hari seiring dengan kemajuan teknologi digital.”
Daftar Isi
TogglePengertian Miopi
Miopi atau rabun jauh adalah keadaan refraksi mata di mana dalam keadaan mata istirahat (tanpa akomodasi), seberkas cahaya sejajar yang berasal dari objek yang terletak jauh tak terhingga akan difokuskan pada satu titik fokus di depan retina. Lebih jelasnya, lihat gambar di bawah ini:
Gejala Miopi
Gejala atau keluhan yang umum terjadi adalah kesulitan melihat objek jauh seperti saat melihat ke layar televisi atau papan tulis di sekolah. Sedangkan ketika melihat objek yang lebih dekat, tampak lebih jelas. Lebih detil, Lasik Advisor National Lasik Center (NLC) dr. Evy Irmawati Apidian, SpM menjelaskan gejala miopia antara lain:
- Penglihatan kabur
- Sakit kepala
- Mata lelah
- Menyipitkan mata untuk melihat jelas
- Berkedip berlebihan
Penyebab Miopi
Mengapa seseorang bisa mengalami rabun jauh? Ada beberapa penyebab sebagai berikut:
- Panjang bola mata lebih dari rata-rata. Kondisi ini istilahnya miopia aksial.
- Kekuatan refraksi mata yang terlalu besar. Kondisi ini istilahnya miopia refraktif.
Baik miopia aksial maupun miopia refraktif, keduanya sama-sama menyebabkan bayangan jatuh pada titik fokus di depan retina. Sedangkan pada mata normal, bayangan jatuh pada titik fokus tepat di bagian mata ini, bukan di depannya.
Hingga kini, penyebab bola mata lebih panjang dari normal belum diketahui dengan pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko tersebut.
1. Genetik
Seseorang yang orang tuanya mengalami miopia memiliki risiko lebih besar untuk terkena miopia.
2. Kebiasaan membaca terlalu dekat
Orang yang sering membaca terlalu dekat dengan mata lebih mudah terkena rabun jauh. Demikian pula orang yang melihat layar monitor atau menonton terlalu dekat.
3. Kurang sinar matahari
Orang yang jarang beraktivitas di luar ruangan lebih berisiko menderita miopi karena kurang mendapatkan sinar matahari.
4. Kekurangan vitamin D
Sebuah penelitian menemukan bahwa orang yang mengalami kekurangan vitamin D berisiko mengalami miopia alias rabun jauh.
Klasifikasi Miopi
Miopia bisa diklasifikasikan menjadi tiga berdasarkan besar koreksi yang diperlukan.
- Miopia ringan. Yakni sampai dengan -3.00 dioptri.
- Miopia sedang. Yakni -3.00 dioptri sampai dengan -6.00 dioptri.
- Miopia tinggi. Yakni di atas -6.00 dioptri.
Seberapa Umum Rabun Jauh?
Miopia alias rabun jauh merupakan gangguan penglihatan yang umum terjadi. Prevalensi miopia semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Di Amerika, terdapat sekitar 3% kasus miopia pada anak-anak usia 5—7 tahun. Ada 8% pada anak-anak usia 8—10 tahun. Lalu 14% pada anak-anak usia 11—12 tahun dan 25% pada kelompok usia 12—17 tahun.
Prevalensi miopia di Indonesia juga meningkat seiring bertambahnya usia. Berdasarkan Urban Eye Health Study 2008, prevalensi miopia sebesar 18,7% pada anak usia Sekolah Dasar dan 32,3% pada anak usia di atasnya.
Pemeriksaan Miopi
Lasik Advisor National Lasik Center (NLC) dr. Evy Irmawati Apidian, SpM menjelaskan, pemeriksaan miopi atau rabun jauh bisa menggunakan:
1. Pemeriksaan visus
Pemeriksaan visus ini sesuai kebutuhan. Untuk orang tua, bisa menggunakan Sennel Chart. Untuk anak-anak bisa menggunakan yang bergambar hewan. Sedangkan untuk orang tua yang tidak bisa membaca, bisa menggunakan Eye Chart.
2. Pemeriksaan Segmen Anterior
Pemeriksaan segmen anterior menggunakan Slit Lamp. Yang kita evaluasi adalah kornea, juga melihat segmen anterior. Dari iris, pupil, kemudian melihat lensa.
3. Pemeriksaan Auto Refrakto Keratometry (ARK)
Untuk memeriksa kelengkungan kornea, kita gunakan pemeriksaan auto refrakto keratometry (ARK).
4. Pemeriksaan Segmen Posterior (Funduscopy)
Pemeriksaan funduscopy untuk memastikan segmen anterior normal atau tidak normal. Ini sangat penting untuk mendiagnosa miopia.
Cara Mengobati Rabun Jauh
Diagnosis miopia melalui pemeriksaan refraksi baik subjektif maupun objektif. Ketika tajam penglihatan membaik dengan pemberian koreksi lensa negatif. Pemeriksaan refraksi subjektif adalah pemeriksaan refraksi menggunakan optotip snellen. Pemeriksaan refraksi subjektif hanya bisa dilakukan pada pasien yang kooperatif karena membutuhkan jawaban pasien.
Untuk menentukan besar koreksi rabun jauh pada anak-anak atau pasien yang kurang kooperatif, bukan dengan pemeriksaan refraksi subjektif tetapi pemeriksaan refraksi objektif, yakni Streak Retinoscopy.
Rabun jauh bisa diterapi dengan memberikan koreksi kacamata atau lensa kontak tergantung dari besarnya miopi. Untuk miopia sedang, koreksi kacamata atau lensa kontak hanya diperlukan pada kegiatan tertentu. Misalnya saat melihat papan tulis yang jauh atau saat mengemudi. Sementara itu, untuk rabun jauh atau miopia berat, koreksi kacamata atau lensa kontak mungkin dibutuhkan sepanjang waktu.
Kacamata ini sebenarnya tidak bisa menyembuhkan. Hanya membantu memfokuskan kembali bayangan yang masuk agar bisa tepat jatuh ke dalam retina sehingga penglihatan menjadi jelas. Apakah rabun jauh atau miopia ini bisa diobati dan disembuhkan? Bisa, jika miopia sudah menetap dalam arti ukurannya relatif stabil (biasanya pada usia di atas 18 tahun), ia bisa disembuhkan dengan Lasik (Laser in situ keratomileusis).
Pada dasarnya, Lasik adalah salah satu metode atau teknik yang termasuk dalam Laser Vision Correction (LVC). Namun, sebagian besar masyarakat mengenal metode Laser Vision Correction (LVC) dengan sebutan Lasik.
Baca juga: Persiapan Sebelum Lasik
Lasik di NLC
National Lasik Center (NLC) sebagai pusat Laser Vision Correction (LVC) yang berpusat di Surabaya menyediakan tiga metode Lasik mata:
ReLEx® SMILE
Relex Smile atau lebih tepatnya ReLEx® SMILE (Refractive Lenticule Extraction – Small Incision Lenticule Extraction) adalah metode bedah refraktif yang lebih canggih dari PRK dan LASIK, hampir tidak terasa sakit dengan pemulihan yang lebih cepat.
Femto Lasik
FEMTO LASIK (Laser Assisted In-Situ Keratomielusis) adalah metode bedah refraktif terkini untuk mengatasi kelainan refraksi (rabun jauh/rabun dekat/silinder) dengan minim rasa sakit dan pemulihan cepat.
PRK
PRK (Photorefractive Keratectomy) adalah prosedur bedah refraktif yang masih tetap digunakan untuk pasien Lasik dengan kondisi mata tertentu. Lebih jelas tentang tiga metode lasik tersebut dan bagaimana prosedurnya, silakan baca artikel Lasik.
Demikian tentang miopi atau rabun jauh. Semoga pembaca terbebas dari kelainan refraksi ini tanpa kacamata. #HappyLasik #TrulyLasik []
Referensi:
American Academy of Ophtalmology. Clinical Optics; 2017-2018 Basic and Clinical Science Course. San Fransisco: American Academy of Ophtalmology; 2018
Universitas Indonesia Faculty of Medicine. Buku Ajar Oftalmologi. Jakarta: UI Publishing; 2020
dr. Evy Irmawati Apidian, SpM. 2021. Myopia Dalam Eye Knowledge – Things That Must be Mastered to Make Your Patient Happy, Surabaya, 17 April.